Sunday 19 February 2012

Maafin, Utuh Mak


Maafin, Utuh mak
Oleh : Aco Wahab

Ramai benar orang bergotong-royong, ada yang menebas-nebas rumput, ada yang menyangkul parit  dan ada yang memunguti sampah semua pekerjaan terbagi rata kepada seluruh warga. Yah maklum ini musim penghujan, kalau rumput dibiarkan meninggi dan sampah dibiarkan menumpuk, air kan meluap turun kearah pemukiman warga. Ramai, ramai sekali, dari kawula muda sampai yang tua. Fokus objek kerja bakti adalah parit 2 meter dari gg. Perjuangan sampai gg. Karya indah, tak lepas parit didepan masjid pertiwi pun jadi sasaran. Ramainya warga yang bergotong royong tak seperti jamaah shalat di masjid, nyaris aktivitasnya mati, kadang hanya shalat magrib, isya dan subuh saja masjid itu terlihat bergema itu pun jamaah tidak sampai satu shaf, sedangkan dzuhur dan asharnya, hanya pak barjad saja selaku takmir masjid, mau tak mau pak barjad merangkap tiga jabatan sekaligus, muadzin, imam dan makmum. “bagusnya yang jadi muadzin itu pak lurah aja, supaya ramai kayak gotong royong ini “ katanya terkekekeh kekeh.
Pak barjad pun ikut serta bergotong royong, dengan arit ditangan kanannya iya menebas-nebas rumput yang tumbuh subur di parit, sesekali pak barjad bernaung dibawah pohon beringin yang tak jauh dari masjid, sambil menyeruput teh manis dan mengunyah kawannya singkong rebus yang tadi diantar ibu Rahma. Masjid sepi, tak ada seorang pun didalamnya, sementara itu kotak kaca dengan rangka alumunium berdiri tegak merapat didinding tanpa rantai dan gembok.
Utuh sudah lama menatap kotak amal itu, walaupun duit receh yang mendominasi, menurutnya itu cukup buat berobat ibunya yang batuk-batuk dari sebulan yang lalu, lemas, pucat pasi. Sudah 3 hari ini utuh mencari pinjaman tapi tak jua ada yang meminjamkan.
“ utuh, utuh, utangmu yang kemaren saja belum dibayar, lunasi dulu utang-utangmu” utuh hanya bisa tertunduk mengiba, jangankan melunasi utang, makan saja susah
Mata utuh semakin tajam menatap kotak itu, hasratnya untuk mencuri kotak itu menggerakkan kakinya melangkah mendekati kotak amal itu. Keringat dingin membasahi sekujur badan utuh, sesekali badannya gemetaran, jari jemari utuh yang basah memegang kaki kotak amal dan dalam keadaan badan masih bergemetar utuh membawa kotak melewati pintu belakang disamping tempat imam shalat
“ Maling………” teriak pak barjad mengejar utuh
Utuh panik hingga kotak jatuh, pecah berantakan, pak barjad mendapati baju belakang utuh, melayangkan bogem mentah, sehingga utuh tersungkur, utuh bangkit sambil mengambil tongkat berplitur coklat yang biasa dipakai khotib khutbah dan memukulkan ke lengan pak barjad hingga tongkat patah
“aaaa” teriak pak barjad menahan sakit
Warga pun berlarian kearah masjid dengan arit,parang, dan cangkul yang masih tergenggam ditangan.
“ kletak kletok”suara bakiak Haji iwan yang berbenturan dengan anak tangga masjid
“mana malingnya” teriak haji iwan kepada warga yang telah meringkus utuh
“ oh ini malingnya, beraninya dia maling di kampung ini”
“kamu dari mana??hehhh” bentak haji iwan sambil menampar pipi utuh
“ dari kampung sebelah pak” jawab utuh
Tanpa banyak tanya haji iwan  dengan kasar menyeret utuh keluar
“met, ambil tali digudang” perintah haji iwan
“untuk apa pak”
“kita ikat nih maling”
“iiyyy, iiyyaa pak” jawab slamet gemetaran
Utuh terikat lemas disalah satu tiang gapura gang karya indah
“jad, ini tadi yang pukul tanganmu sampai gitu” terlihat tangan kanan pak barjad memar dan bengkak
“ sekarang sikat nih maling, biar tau rasa” perintah haji iwan, tanpa sungkan pun pak barjad menendang dada utuh
“arrghhhhhhh” teriak utuh
“ met , sekarang telanjangi nih maling”
“ tapiiiii pak”bela slamet
“kamu mau saya pecat”
“ga pak,ada baiknya kita serahkan kepolisi saja pak”
“ahhh, banyak bacot, kita sikat aja nih maling, baru kita serahin kepolisi”
Kali ini utuh terikat tanpa sehelai benang pun, dan menjadi sorotaan orang yang lalu lalang, ada yang tertawa , ada yang kasihan tapi mereka hanya membisu takut terkena arogansi pak iwan. Memang pak iwan terkenal semena-mena dikampung, pak aan saja dulu pernah dilempar bata sewaktu pulang selamatan dirumah pak rt, kata orang-orang sih karena pak aan pindah kerja ketempat saingan pak iwan. Pak iwan yang terkenal sebagai juragan besi tua itu pernah menampar pak rt didepan umum, tak tahu apa permasalahan pastinya.

Utuh masih terikat lemas ditiang,
“pak serahin kepolisi saja, kasihan pak” ucap orang yang lewat didepan gapura
“ hei,hei, jangan-jangan kamu temannya”
“plak plok”tampar haji iwan
“jad, botakin nih maling” sambil menunjul kepala utuh haji iwan berucap
Tak ayal lagi kepala utuh botak, tak tersisa satu helai pun
Dengan lirih utuh berucap “ maafin utuh mak”
Dari kejauhan tampak danu berlari kearah pak iwan, dengan ngos-ngosan danu berucap
“ Pak, anak bapak………”
“ wawan?”
“ya pak” dengan terengah engah danu menjawab
“kenapa wawan”
“wawan ditangkap polisi pak, karena mencuri kotak amal dikampung sebelah pak”
“ jad, kamu minta uang sama Ibu, 5 juta, terus urus kasusnya wawan”
“ iya pak”
“met, bawa orang ini ke kantor polisi”
***
Utuh yang babak belur dibawa kekantor polisi dan mendekam di sel tahanan
“Uhuk ehukkkk”
“tuh, utuh, ambilin mak air hangat”

No comments:

Post a Comment