Thursday 5 January 2012

Saafartu ila Gunung Tembak 1 (Ma'hadi Hidayatullahi) Perjalanan ke Gunung Tembak (Hidayatullah)

Awali dengan bismillah
 Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, saudara-saudara ku
sebenarnya malam ini saya ingin menulis tentang syarat-syarat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah), tapi berhubung referensinya ketinggalan jadi saya hanya bisa bercerita tentang pengalaman melakukan perjalanan ke gunung tembak lebih tepatnya pesantren Hidayatullah. 

Rabu, 4 Januari 2012 
Setelah melegalisir NEM SMA yang menjadi salah satu persyaratan administrasi untuk daftar di STIS Hidayatullah, ku melanjutkan ke studio foto tepat di depan Mallembuswana untuk mencuci lebih tepatnya mencetak foto ukuran 3x4 dan 2x3 masing-masing 4 lembar. Segera ku pacu motorku menuju rumah, sesampai dirumah ku persiapkan kelengkapan administrasi lainnya diantaranya map kuning, foto kopi kartu keluarga, KTP dan tak lupa kubawa pakaian "taqwa" muslim  yang kubungkus dengan plastik berwarna merah, sabun, serta air mineral 1,5 liter yang nantinya kupergunakan untuk menuntaskan dahagaku. Sebelumnya ku mampir di Masjid Darun Ni'mah untuk menunaikan Shalat dzuhur yang ku jama qashar dengan shalat ashar, setelah selesai shalat kulanjutkan perjalanan, melintasi jembatan Mahakam dan ketika melewati SMA PLUS MELATI, ALLAH menurunkan rahmatNya yaitu hujan, tidak lebat dan tidak juga rintik yang airnya cukup membuat wajah basah dan pakaian semi kering, setelah sampai di salah POM bensin hujan mulai diam, kuparkirkan motorku di pom bensin dan segera menuju toilet, memang dari tadi ku lagi menahan buang air. setelah mengisi bahan bakar pertamax ku melanjutkan perjalanan ke gunung tembak. 

Pondok Pesantren Al-Hayat KM 36
Sesampai di KM 36 Balikpapan, ku mampir beristirahat dan makan di warung tepat disamping jalan masuk Ponpes Alhayat, lama ku tak masuk ke sana. sambil menunggu disuguhkan nasi goreng ku sms kawanku yang tinggal di sana namanya Jumardin, tapi ku lebih senang memanggilnya umar, dia adalah kawanku yang dulu kami pernah bersama-sama mondok di ponpes alhayat, yup kulliyatul mualimin, walaupun ku mondok hanya 6 bulan tapi banyak ilmu dan pengalaman yang ku dapat terutama dalam bahasa arab. Pelajaran-pelajarannya yang dipegang masing-masing ustadz mempunyai nilai tersendiri. Pelajaran paling seru menurut saya mungkin juga sebagian santri itu adalah Nahwu yang dibimbing oleh ustadz Munasirin, pada pelajaran ini kami belajar tentang kaidah-kaidah peng"irob"an (bahasa mudahnya mengharokati), kenapa paling seru karena susah-susah gampang, tapi ustadz Munasirin yang sering juga disebut sebagai Pak Muna atau Pak Nasirin (tapi ku lebih suka memanggil Pak Nasirin) menyebutnya gampang-gampang susah, gampangnya 2 kali sedangkan susahnya sekali. Pelajaran yang paling membuat saraf berdenyut-denyut itu pelajaran shorof masih dengan ustadz yang sama, banyak kali perubahannya (baca dalam logat Medan), dari namanya ja sorof jika kita mau akal-akalin ( kalau kata Pak Nasirin " digato gato ee " ) namanya berhubungan dengan saraf. pelajaran yang ditunggu tunggu kami dan tentunya kawan ku Umar adalah Tafsir Ayat Ahkam, dikupas secara menarik dengan bahasa yang ringan oleh ustadz Wahidi Rohman, dengan diselingi humor, dan sesekali pengalaman hidup beliau, membuat kami merasa "enjoy " dan fresh menyimak pengupasan kitab tafsir Ayatul ahkam. Pelajaran refreshing kata kawan-kawan terutama Mustaqim itu pelajaran Mutholaah, Khot, dan Imla dengan ustadz Fery, pengalaman menarik bersama beliau ketika pelajaran Mutholaah menggunakan kitab Akhlakul Banin 1, sampai kepada pembahasan tentang berbakti kepada orang tua terutama Ibu, dengan penuturan yang tertata ustadz fery berhasil membuat kami pada umumnya dan saya pada khususnya termehek-mehek, dan sesegukan, wow amazing. Pelajaran berikutnya adalah pelajaran aqidah oleh ustadz Fikri yang ku benar-benar tidak menyangka beliau ternyata seumuran dengan diriku, hebat. Aqidah adalah salah satu pelajaran yang mempelajari tentang tauhid dan salah satunya syarat-syarat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah) yang akan ku bahas pada pertemuan selanjutnya. Pelajaran yang membuat kami (maaf) teriak-teriak seperti anak-anak adalah pelajaran durusul lughoh oleh ustadz Fathin Alfan, beliau adalah adik dari ustadz fikri yang tentunya lebih muda dari kakaknya ( ya iyalah secara adiknya ). Tapi ku akui metode ini cepat membuat kami hafal dan lupa (becanda). Pelajaran yang membuat kami (saya, Ibrahim) terdiam karena dangkalnya ilmu, terkesima karena pengupasan yang dalam, ternganga karena keheranan dan terasyik-asyik karena cerita pengalaman. adalah pelajaran tafsir Al-quran oleh ustadz Jihad Amrullah. Beliau pernah belajar di Yaman dan beliau merupakan kakak dari teman kuliah saya di statistika, beliau juga sesekali menggantikan Ustadz Zainal mengkaji Tafsir Jalalain di Samarinda. yang membuat kami tertarik terutama saya ketika beliau menjelaskan tentang penyakit Ain, penyakit yang beliau ketahui ketika berada di Yaman ( kalau tidak salah, atau mungkin beliau sudah tau sebelum nyampe ke Yaman). penyakit yang lahir dari rasa dengki, yang di "dengki"i akan mengalami sakit, atau barang yang tak disenangi karena ni'mat (barang) itu bukan ALLAH titipkan kepada dia melainkan orang lain akan rusak, makanya di Yaman jika ada barang-barang yang bagus kebanyakan atau mungkin semuanya bertuliskan MASYA ALLAH.
(Mungkin nanti ada tulisan tentang Nostalgia ke Ponpes Al Hayat, tapi ga janji lo ya)


  Saya mewakili kawan-kawan (Iman (kawan bersaing dalam belajar sekarang dia ada di Bekasi untuk memperdalam bahasa Arabnya), Ibrahim (kawan satu kota dan pulang, ku yang mengkompor-kompori dia untuk mondok, hehe , sorry lah) , Umar (Juragan Nanas, Mar ntar bawa kesamarinda ya, bertemu ketika H+1 waktu aktif belajar dengan nama Jumardin, dan kami (saya, Ibrahim, Mustaqim mengganti namanya dengan memanggil Umar, dan sekarang lebih terkenal dengan sebutan Umar ), Mustaqim (kawan seperjalanan sewaktu pulang kesamarinda malam takbiran, yang dia harus turun ketika banyak polisi di pintu gerbang bukit Soeharto karena tak memakai helm), Rohman (bertemu ketika H+2 waktu aktif belajar), dan Udin) berterima kasih atas Ilmu yang kalian berikan insya ALLAH bermanfaat. 

kembali ke warung, sambil nunggu balasan sms yang smsnya baru dibalas ketika telah sampai di gunung tembak ku menyantap Nasi Goreng dengan lahapnya, memang sedari tadi ku belum makan. karena tak ada juga balasan dan Nasi telah habis, kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Perjalanan Ke Gunung Tembak
" lewat KM 38 ja, lebih cepat dari pada lewat kota" sms  salah satu kawanku yang tinggal di ponpes Hidayatullah Gunung Tembak yang bernama Miat, dia adalah kakak tingkat sewaktu kuliah di Unmul
ku yang telah melaju melewati KM 36 mungkin telah sampai KM 31, terpaksa memutar balik motorku kearah KM 38. di KM 38 ku bertanya kepada orang yang nongkrong diatas sepeda motornya di pinggir jalan.
" permisi mas, jalan ini bisa ke gunung tembak" ucapku
"bisa mas, ntar ada simpang 2 belok aja ke arah kanan" balasnya
kupacu kuda besi ku menyusuri KM 38 dan segera menemukan sipang dua jalan ini, tepat di simpang 2 untuk memastikan ku bertanya ke bapak tukang ojek, arah ke Gunung Tembak, ternyata bapak itu menunjuk kearah kanan, singkat cerita ku ikuti saran beliau dan akhirnya ku sampai di Hidayatullah.

Bersambung Ikuti Ceritanya ya

4 comments: