Sebuah Memoar Diriku
(Serpihan Kaca)
Oleh : Aco Wahab, S.Si
Lahir Ke Dunia
Tepat
pada tanggal 12 juli tahun 1988 di Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie Samarinda
seorang bayi mungil yang nanti akan diberi nama Aco Wahab dilahirkan. Ya benar
kawan, yang punya nama itu adalah aku. Aku sekarang berusia 23 tahun yang
kurang lebih 2 bulan lagi memasuki usia 24 tahun, 23 tahun menjalani hidup
banyak lika-liku jalan kehidupan yang dilalui, entah dari masih balita dulu,
masa sekolah, masa perkuliahan, dan sampai kesepuluh jemari menari diatas
keyboard menulis tentang diri tugas dari pak Ghofar, yah meskipun tidak
sepenuhnya 10 jari. Kisah hidupku tak sebagus anak-anak Laskar Pelangi, tak
sesedih kisah fiksi dalam tulisan Buya Hamka “Dalam Naungan Ka’bah” atau
“Sandiwara Langit” kisah nyata yang ditulis Abu Umar Basyir, tak serumit tulisan Conan Doyle dalam
“Sherlock Holmes”nya. Cita-cita ku sewaktu kecil dulu salah satunya adalah
ingin menjadi Kiyai atau ustadz, yang kata bapak ku “kalau jadi ustadz itu
paling-paling cuman jadi pembaca doa yang dapat kepala kambing”. Yang waktu itu
ku tak tahu maknanya, dan sekarang mulai tergambarkan maksudnya “MADESU” (Masa
Depan Suram) kira-kira itulah yang dapat kusimpulkan hingga saat ini. Tapi
apapun itu cita-cita itu terus mengalir dalam darahku.
***
Merajut Cita-Cita
Disebuah
POSYANDU dalam lingkungan Asrama polisi, ku belajar membaca huruf-huruf
hijaiyah dan berusaha merangkainya, ku bersama teman-teman sepermainan masuk
TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) dengan diajar satu orang Ustadz dan satu orang
Ustadzah. Inilah caraku meniti tangga-tangga cita-citaku. Perasaan yang
menggebu gebu ingin menjadi seorang Ustadz atau Kiyai terkadang saat kecil dulu
menjadi salah langkah, misalnya ketertarikan ku kepada huruf arab, apa-apa yang
berbau huruf arab ku suka sekali, sampai ku pernah membeli 2 cincin yang
bertuliskan huruf arab, walaupun kutak tahu apa artinya, yang lebih parahnya
lagi sebuah uang koin yang bertuliskan huruf arab, kubungkus dengan kain
berwarna putih kemudian kukalungkan dileherku yang dalam pikirku bisa kebal dan
setan menjauh dariku seperti film-film yang biasa kutonton. Ku baru tahu
sekarang bahwa itu syirik, huh, “ya ALLAH jauhkan lah ku selalu dengan kesyirikan”.
***
“mama,
mamaaaaaaa” rengek didalam kelas tepat didepan pintu
Ku
menangis sejadi-jadinya karena kutinggal dalam kelas tanpa seorang mama,
rengekan ku otomatis mengganggu suasana belajar mengajar, tapi guru ku dengan
sabar mendiamkan aku.
Mama
ku seorang guru sekolah dasar disebuah jalan yang dulunya gang bernama Damai,
ketika jadi jalan pun, orang-orang masih menggunakan kata Damai untuk nama
jalan itu. Karena katanya waktu ku berumur 5 tahun ku merengek-rengek supaya
disekolahkan, oleh sebab itu masih usia 5 tahun ku disekolahkan masuk SD N 029,
alhasil ku kembali merengek rengek karena belum siap ditinggal. Perjalanan
pendidikan SD ku tak ada yang luar biasa, bahkan katanya ku hampir tinggal
kelas.
“
biarkan aja pak anak saya tinggal kelas, kan umurnya juga masih dini”
“
naikkan saja dulu bu, kita liat perkembangannya” jawab kepala sekolah
Alhasil
ku tak jadi naik kelas, waktu itu kalau tidak salah kelas 3 mau ke kelas 4 SD.
Cita-citaku ingin menjadi seorang kiyai atau ustadz tak pernah luntur,
menginjak masa kelulusan SD terjadi diskusi ringan antara ku dan orang tuaku
“Pak
nanti kalau lulus SD masukkan aku pesantren ya pak”
“nanti
saja kalau lulus SMP, kan kamu masih kecil, di pesantren itu kamu nanti disuruh
cangkul, kuat kamu nyangkul,atau nanti masuk MTS aja gimana?”
“ya
pak, klo ga masuk pesantren, MTS aja pak” balasku
Tapi
ujung-ujungnya kumasuk sekolah umum dekat rumah (SMP Negeri 9 Samarinda) pada
tahun 1999, yang kata teman ku terpeleset saja sudah bisa sampai di sekolah.
Kemajuan Berpikir
Langkah
ku semakin kupercepat, ada yang ingin ku perlihatkan kepada orang tua ku,
sebuah buku bersampul biru menerangkan nilai-nilai, lebih ringkasnya sebuah
raport. Ku yang tak pernah masuk ranking 10 besar kini masuk ranking 5 besar,
lebih tepatnya ranking 4. Ranking ini keperoleh kelas 1 SMP caturwulan 1, bapak
dan mama senang sekali kalau aku mendapat ranking terjadi percepatan dalam
diriku, yang tadinya sewaktu SD selalu saja dengan nilai pas-pasan bahkan
hampir tidak naik kelas kini memperoleh ranking 4. Pada caturwulan juga 2 ku
masuk 5 besar lagi hanya saja ranking tak tertera di raport. Kali ini berbeda
ketika ku bawa raport dan kuperlihatkan ke mama, mama hanya bisa tersenyum.
“
hab, mamamu sakit kuning” bisik bapak ku
“apa
itu” bisikku dalam hati, memang masuk ranking 5 besar lagi tapi dengan suasana
sedikit berbeda.
Kisah Sedih di Hari Ahad
Mama
akhirnya menjalani rawat inap di Rumah Sakit A.Wahab Syahranie, dengan penyakit
Hepatitis B. Setahu ku penyakit ini menyerang hati, yang mengakibatkan sejukur
tubuh menjadi kuning. Karena penyakit ini menular, aku dan kakak perempuanku di
vaksinasi hepatitis B. Sebelum vaksinasi ku tak boleh menjeguk mama, karena
bapak takut aku tertular penyakit itu. Vaksinasi ini dilakukan 6 kali dengan
periode waktu yang telah ditentukan dokter. Setelah vaksinasi baru ku
diperbolehkan menjenguk mama. Beberapa
minggu mama menjalani rawat inap di RS. AWS yang akhirnya diperbolehkan pulang
oleh dokter dengan nasehat jangan kecapaian dulu, jangan kerja dulu, dan
lain-lain. Tapi karena dedikasi mama terhadap pendidikan dan merasa tidak enak
dengan guru yang menggantikan mama, akhirnya mama kembali lagi mengajar
walaupun keadaannya belum sehat, karena mengajar yang dipaksakan penyakit itu
kumat lagi yang membuat mama harus kembali ke RS. AWS. Yang aku sesalkan hingga
saat ini adalah ketika disuruh mencuci piring ku menundanya hanya untuk
melakukan observasi tiada guna dengan mikroskop punya temanku, alhasil ketika
kembali kerumah piring-piring yang tadi mau ku cuci setiba pulang dari rumah
kawanku, bersih mengkilap, dengan kata lain telah dicuci sama mama walaupun
mama masih jauh dari sehat.
Tangis
histeris kakak perempuan ku membangunkan ku di subuh hari, seorang tetangga
membawa kabar duka, yang membuat kakak ku menangis histeris. Awalnya ku tak
tahu apa yang kakak tangisi, dengan terus menyimak dialog mereka, akhirnya ku
dapat menyimpulkan bahwa mama telah tiada, ya, tepat di hari ahad satu hari
dimana besoknya ku ulangan umum cawu III kelas 1 SMP. Aku hanya bisa menahan
sedih walaupun sesekali terisak-isak menangis.
Menjadi Yang Kedua
Berat
memang harus menghadapi ulangan umum setelah ditinggalkan mama, tapi ku tetap
semangat belajar, walaupun belajar diiringi tahlilan pada malam hari tak
membuat ku patah semangat. Jam 2 malam ku niatkan bangun untuk belajar, ya, ku
ingin menyabet ranking 1. Alhasil ku terbangun jam 2 malam dan segera ku beranjak belajar, walaupun
dengan mata yang terbuka tertutup.
Ulangan
perdana kujalani dengan sukses, setelah ulangan dan makan siang ku kembali
kesekolah untuk belajar lagi, sekolah yang sepi menjadi pilihan tempat belajar
bagiku karena dalam suasana hening pelajaran dapat masuk dengan cepat. Sambil
berjalan dilorong kelas dengan memegang buku pelajaran yang menghadap kewajah
ku menghafal, ternyata disana juga ku bertemu teman sekelas yang belajar di
sekolah untuk mencari keheningan dalam belajar, ibunya juga telah meninggal,
jadi kita mempunyai kemiripan dalam hal ini, dan orang ini nanti akan menjadi
sahabatku, namanya Ishak.
***
Pembagian
raport pun telah tiba, ku yakin sekali kala itu akan mendapatkan ranking 1. Ku
masih ingat pembagian raport itu hari sabtu, karena memang pembagian raport
selalu hari sabtu. Seorang guru dengan microphone yang tergenggam ditangannya
mengumumkan satu persatu nama yang mendapatkan ranking satu pada caturwulan III
ini. Jantungku berdebar debar siapa gerangan yang akan mendapat ranking satu di
kelas kedua yang aku menyimpulkan ini kelas kedua favorit setelah 1 C, karena
setelah kutanya tanya tentang NEM
teman-teman kelas 1 E, nilai tak jauh berbeda dengan kelas 1 C. Pengumuman
semakin mendekati kelas 1 E, dan jantungku berdegub lebih kencang.
“
Ranking Satu dikelas 1 E adalah …..” ujar guru yang bernama Pak Sabarruddin
“
adalah….” Aku keringat dingin dan perasaan tidak karuan
“
Extra Palobo” apa ternyata dia yang ranking satu, bukan aku. Dengan perasaan
sedih ku melangkahkan kaki ke kelas karena raport akan dibagikan disana, kenapa
bisa?, padahal aku sudah belajar mati-matian, dan keseharianku dalam kelas juga
baik, nilai-nilai ulangan harian, tugas juga, sangat baik, tapi kenapa bisa.
Yah tak apa-apalah mungkin ini yang dinamakan takdir.
“Aco
Wahab” panggil pak Djaelani, guru biologi yang juga wali kelas ku
Ku
hampiri pak Djaelani untuk mengambil raport, ketika ku buka raport, ku lihat
nilai-nilainya, dan mataku langsung tertuju pada tulisan
“
peringkat ke…..” baca ku dalam hati
“
2” lanjut ku, Alhamdulillah walaupun tak ranking 1, target ku hanya bergeser
sedikit, yup, ranking 2, mungkin karena kurang ikhtiar atau kurang doa.
Aku Terjatuh
Walaupun
aku ranking 2 pada saat cawu III kelas 1, itu bukan berarti kelas 2 juga
mengalami hal yang sama. Aku masuk di kelas 2 F, kelas dimana setiap orang yang
mendapatkan peringkat 2 dikelas 1 ditempatkan dikelas ini. Untuk semua ranking
1 kelas 1 ditempatkan dikelas 2 A. Saingan sangat berat, alhasil dari cawu 1
sampai cawu 3 ku tak masuk 10 besar. Berat memang rasanya tapi mau bagaimana
lagi, kurang maksimal dalam belajar dan berdoa. Masuk kelas 3, aku masuk
dikelas 3 F, kelas yang banyak juga alumni 2 F dan tentunya orangnya
pintar-pintar. Dikelas ini kami pernah menyandang juara 1 lomba kebersihan
kelas, dan dikelas ini juga ku berhasil membayar kekalahan ku dikelas 2, benar,
ku mendapat ranking 2, dua kali berturut-turut.
Singkat Cerita
Sebenarnya
banyak yang mau kutulis pada tugas kali ini, tapi karena ini sudah menunjukkan
pukul 11. 09 yang kurang lebih 3 jam lagi ku harus mengumpulkan tugas ini,
maklum ku mengerjakannya mulai malam sabtu, jadi kusingkat saja ceritanya. Ku
mendapat NEM ketika SMP 35,74 dan dengan NEM yang tidak terlalu tinggi dan
tidak rendah ini, ku mendaftarkan diri di SMA N 2 Samarinda pada tahun 2002, Alhamdulillah
di terima. Kemudian setelah lulus SMA
tahun 2005 masuk Politehnik Negeri Samarinda di jurusan teknik sipil, tapi
disini ku hanya 6 bulan karena memang tidak betah, mengisi kekosongan ku kursus
bahasa inggris di Executive jalan dokter sutomo, kemudian tahun 2006 masuk
Universitas Mulawarman jurusan Statistika dan Lulus tahun 2011. Tahun 2010
pernah belajar di pesantren Al hayat KM 36 Soekarno Hatta Samboja dan tahun
2011 pernah belajar bahasa arab di Ma’had Hasan bin Ali, dan kedua-duanya tak
sampai 1 tahun. Tahun 2012 bulan Januari masuk STIS Hidayatullah jurusan
Syariah dan bulan April 2012 menikah. Mungkin demikian yang dapat saya tulis,
rencananya saya akan mengedit ulang tulisan ini
dan saya posting di blog www.acowahab.blogspot.com.
Dan mungkin juga bisa saya novelkan dengan sedikit diberi bumbu perasanya biar
enak dan tentunya bukan saya tokoh utama dalam novel itu.
keren............ jadikan novel ja
ReplyDeletesy suka sy suka...
ReplyDeleteIzin share di blog MI Ibnu Umar Angkatan 2 < www.miibnuumarangkatan2.wordpress.com > , Ustadz..
ReplyDelete