Wednesday 16 May 2012

Sebuah Memoar Diriku


Sebuah Memoar Diriku
(Serpihan Kaca)
Oleh : Aco Wahab, S.Si
Lahir Ke Dunia
Tepat pada tanggal 12 juli tahun 1988 di Rumah Sakit Abdul Wahab Syahranie Samarinda seorang bayi mungil yang nanti akan diberi nama Aco Wahab dilahirkan. Ya benar kawan, yang punya nama itu adalah aku. Aku sekarang berusia 23 tahun yang kurang lebih 2 bulan lagi memasuki usia 24 tahun, 23 tahun menjalani hidup banyak lika-liku jalan kehidupan yang dilalui, entah dari masih balita dulu, masa sekolah, masa perkuliahan, dan sampai kesepuluh jemari menari diatas keyboard menulis tentang diri tugas dari pak Ghofar, yah meskipun tidak sepenuhnya 10 jari. Kisah hidupku tak sebagus anak-anak Laskar Pelangi, tak sesedih kisah fiksi dalam tulisan Buya Hamka “Dalam Naungan Ka’bah” atau “Sandiwara Langit” kisah nyata yang ditulis Abu Umar Basyir,  tak serumit tulisan Conan Doyle dalam “Sherlock Holmes”nya. Cita-cita ku sewaktu kecil dulu salah satunya adalah ingin menjadi Kiyai atau ustadz, yang kata bapak ku “kalau jadi ustadz itu paling-paling cuman jadi pembaca doa yang dapat kepala kambing”. Yang waktu itu ku tak tahu maknanya, dan sekarang mulai tergambarkan maksudnya “MADESU” (Masa Depan Suram) kira-kira itulah yang dapat kusimpulkan hingga saat ini. Tapi apapun itu cita-cita itu terus mengalir dalam darahku.
***
Merajut Cita-Cita
Disebuah POSYANDU dalam lingkungan Asrama polisi, ku belajar membaca huruf-huruf hijaiyah dan berusaha merangkainya, ku bersama teman-teman sepermainan masuk TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) dengan diajar satu orang Ustadz dan satu orang Ustadzah. Inilah caraku meniti tangga-tangga cita-citaku. Perasaan yang menggebu gebu ingin menjadi seorang Ustadz atau Kiyai terkadang saat kecil dulu menjadi salah langkah, misalnya ketertarikan ku kepada huruf arab, apa-apa yang berbau huruf arab ku suka sekali, sampai ku pernah membeli 2 cincin yang bertuliskan huruf arab, walaupun kutak tahu apa artinya, yang lebih parahnya lagi sebuah uang koin yang bertuliskan huruf arab, kubungkus dengan kain berwarna putih kemudian kukalungkan dileherku yang dalam pikirku bisa kebal dan setan menjauh dariku seperti film-film yang biasa kutonton. Ku baru tahu sekarang bahwa itu syirik, huh, “ya ALLAH jauhkan lah ku selalu dengan kesyirikan”.
***
“mama, mamaaaaaaa” rengek didalam kelas tepat didepan pintu
Ku menangis sejadi-jadinya karena kutinggal dalam kelas tanpa seorang mama, rengekan ku otomatis mengganggu suasana belajar mengajar, tapi guru ku dengan sabar mendiamkan aku.
Mama ku seorang guru sekolah dasar disebuah jalan yang dulunya gang bernama Damai, ketika jadi jalan pun, orang-orang masih menggunakan kata Damai untuk nama jalan itu. Karena katanya waktu ku berumur 5 tahun ku merengek-rengek supaya disekolahkan, oleh sebab itu masih usia 5 tahun ku disekolahkan masuk SD N 029, alhasil ku kembali merengek rengek karena belum siap ditinggal. Perjalanan pendidikan SD ku tak ada yang luar biasa, bahkan katanya ku hampir tinggal kelas.
“ biarkan aja pak anak saya tinggal kelas, kan umurnya juga masih dini”
“ naikkan saja dulu bu, kita liat perkembangannya” jawab kepala sekolah
Alhasil ku tak jadi naik kelas, waktu itu kalau tidak salah kelas 3 mau ke kelas 4 SD. Cita-citaku ingin menjadi seorang kiyai atau ustadz tak pernah luntur, menginjak masa kelulusan SD terjadi diskusi ringan antara ku dan orang tuaku
“Pak nanti kalau lulus SD masukkan aku pesantren ya pak”
“nanti saja kalau lulus SMP, kan kamu masih kecil, di pesantren itu kamu nanti disuruh cangkul, kuat kamu nyangkul,atau nanti masuk MTS aja gimana?”
“ya pak, klo ga masuk pesantren, MTS aja pak” balasku
Tapi ujung-ujungnya kumasuk sekolah umum dekat rumah (SMP Negeri 9 Samarinda) pada tahun 1999, yang kata teman ku terpeleset saja sudah bisa sampai di sekolah.

Kemajuan Berpikir
Langkah ku semakin kupercepat, ada yang ingin ku perlihatkan kepada orang tua ku, sebuah buku bersampul biru menerangkan nilai-nilai, lebih ringkasnya sebuah raport. Ku yang tak pernah masuk ranking 10 besar kini masuk ranking 5 besar, lebih tepatnya ranking 4. Ranking ini keperoleh kelas 1 SMP caturwulan 1, bapak dan mama senang sekali kalau aku mendapat ranking terjadi percepatan dalam diriku, yang tadinya sewaktu SD selalu saja dengan nilai pas-pasan bahkan hampir tidak naik kelas kini memperoleh ranking 4. Pada caturwulan juga 2 ku masuk 5 besar lagi hanya saja ranking tak tertera di raport. Kali ini berbeda ketika ku bawa raport dan kuperlihatkan ke mama, mama hanya bisa tersenyum.
“ hab, mamamu sakit kuning” bisik bapak ku
“apa itu” bisikku dalam hati, memang masuk ranking 5 besar lagi tapi dengan suasana sedikit berbeda.
Kisah Sedih di Hari Ahad
Mama akhirnya menjalani rawat inap di Rumah Sakit A.Wahab Syahranie, dengan penyakit Hepatitis B. Setahu ku penyakit ini menyerang hati, yang mengakibatkan sejukur tubuh menjadi kuning. Karena penyakit ini menular, aku dan kakak perempuanku di vaksinasi hepatitis B. Sebelum vaksinasi ku tak boleh menjeguk mama, karena bapak takut aku tertular penyakit itu. Vaksinasi ini dilakukan 6 kali dengan periode waktu yang telah ditentukan dokter. Setelah vaksinasi baru ku diperbolehkan menjenguk mama.  Beberapa minggu mama menjalani rawat inap di RS. AWS yang akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter dengan nasehat jangan kecapaian dulu, jangan kerja dulu, dan lain-lain. Tapi karena dedikasi mama terhadap pendidikan dan merasa tidak enak dengan guru yang menggantikan mama, akhirnya mama kembali lagi mengajar walaupun keadaannya belum sehat, karena mengajar yang dipaksakan penyakit itu kumat lagi yang membuat mama harus kembali ke RS. AWS. Yang aku sesalkan hingga saat ini adalah ketika disuruh mencuci piring ku menundanya hanya untuk melakukan observasi tiada guna dengan mikroskop punya temanku, alhasil ketika kembali kerumah piring-piring yang tadi mau ku cuci setiba pulang dari rumah kawanku, bersih mengkilap, dengan kata lain telah dicuci sama mama walaupun mama masih jauh dari sehat.
Tangis histeris kakak perempuan ku membangunkan ku di subuh hari, seorang tetangga membawa kabar duka, yang membuat kakak ku menangis histeris. Awalnya ku tak tahu apa yang kakak tangisi, dengan terus menyimak dialog mereka, akhirnya ku dapat menyimpulkan bahwa mama telah tiada, ya, tepat di hari ahad satu hari dimana besoknya ku ulangan umum cawu III kelas 1 SMP. Aku hanya bisa menahan sedih walaupun sesekali terisak-isak menangis.

Menjadi Yang Kedua
Berat memang harus menghadapi ulangan umum setelah ditinggalkan mama, tapi ku tetap semangat belajar, walaupun belajar diiringi tahlilan pada malam hari tak membuat ku patah semangat. Jam 2 malam ku niatkan bangun untuk belajar, ya, ku ingin menyabet ranking 1. Alhasil ku terbangun jam 2 malam  dan segera ku beranjak belajar, walaupun dengan mata yang terbuka tertutup.
Ulangan perdana kujalani dengan sukses, setelah ulangan dan makan siang ku kembali kesekolah untuk belajar lagi, sekolah yang sepi menjadi pilihan tempat belajar bagiku karena dalam suasana hening pelajaran dapat masuk dengan cepat. Sambil berjalan dilorong kelas dengan memegang buku pelajaran yang menghadap kewajah ku menghafal, ternyata disana juga ku bertemu teman sekelas yang belajar di sekolah untuk mencari keheningan dalam belajar, ibunya juga telah meninggal, jadi kita mempunyai kemiripan dalam hal ini, dan orang ini nanti akan menjadi sahabatku, namanya Ishak.
***
Pembagian raport pun telah tiba, ku yakin sekali kala itu akan mendapatkan ranking 1. Ku masih ingat pembagian raport itu hari sabtu, karena memang pembagian raport selalu hari sabtu. Seorang guru dengan microphone yang tergenggam ditangannya mengumumkan satu persatu nama yang mendapatkan ranking satu pada caturwulan III ini. Jantungku berdebar debar siapa gerangan yang akan mendapat ranking satu di kelas kedua yang aku menyimpulkan ini kelas kedua favorit setelah 1 C, karena setelah kutanya tanya tentang  NEM teman-teman kelas 1 E, nilai tak jauh berbeda dengan kelas 1 C. Pengumuman semakin mendekati kelas 1 E, dan jantungku berdegub lebih kencang.
“ Ranking Satu dikelas 1 E adalah …..” ujar guru yang bernama Pak Sabarruddin
“ adalah….” Aku keringat dingin dan perasaan tidak karuan
“ Extra Palobo” apa ternyata dia yang ranking satu, bukan aku. Dengan perasaan sedih ku melangkahkan kaki ke kelas karena raport akan dibagikan disana, kenapa bisa?, padahal aku sudah belajar mati-matian, dan keseharianku dalam kelas juga baik, nilai-nilai ulangan harian, tugas juga, sangat baik, tapi kenapa bisa. Yah tak apa-apalah mungkin ini yang dinamakan takdir.
“Aco Wahab” panggil pak Djaelani, guru biologi yang juga wali kelas ku
Ku hampiri pak Djaelani untuk mengambil raport, ketika ku buka raport, ku lihat nilai-nilainya, dan mataku langsung tertuju pada tulisan
“ peringkat ke…..” baca ku dalam hati
“ 2” lanjut ku, Alhamdulillah walaupun tak ranking 1, target ku hanya bergeser sedikit, yup, ranking 2, mungkin karena kurang ikhtiar atau kurang doa.
Aku Terjatuh
Walaupun aku ranking 2 pada saat cawu III kelas 1, itu bukan berarti kelas 2 juga mengalami hal yang sama. Aku masuk di kelas 2 F, kelas dimana setiap orang yang mendapatkan peringkat 2 dikelas 1 ditempatkan dikelas ini. Untuk semua ranking 1 kelas 1 ditempatkan dikelas 2 A. Saingan sangat berat, alhasil dari cawu 1 sampai cawu 3 ku tak masuk 10 besar. Berat memang rasanya tapi mau bagaimana lagi, kurang maksimal dalam belajar dan berdoa. Masuk kelas 3, aku masuk dikelas 3 F, kelas yang banyak juga alumni 2 F dan tentunya orangnya pintar-pintar. Dikelas ini kami pernah menyandang juara 1 lomba kebersihan kelas, dan dikelas ini juga ku berhasil membayar kekalahan ku dikelas 2, benar, ku mendapat ranking 2, dua kali berturut-turut.
Singkat Cerita
Sebenarnya banyak yang mau kutulis pada tugas kali ini, tapi karena ini sudah menunjukkan pukul 11. 09 yang kurang lebih 3 jam lagi ku harus mengumpulkan tugas ini, maklum ku mengerjakannya mulai malam sabtu, jadi kusingkat saja ceritanya. Ku mendapat NEM ketika SMP 35,74 dan dengan NEM yang tidak terlalu tinggi dan tidak rendah ini, ku mendaftarkan diri di SMA N 2 Samarinda pada tahun 2002, Alhamdulillah di terima.  Kemudian setelah lulus SMA tahun 2005 masuk Politehnik Negeri Samarinda di jurusan teknik sipil, tapi disini ku hanya 6 bulan karena memang tidak betah, mengisi kekosongan ku kursus bahasa inggris di Executive jalan dokter sutomo, kemudian tahun 2006 masuk Universitas Mulawarman jurusan Statistika dan Lulus tahun 2011. Tahun 2010 pernah belajar di pesantren Al hayat KM 36 Soekarno Hatta Samboja dan tahun 2011 pernah belajar bahasa arab di Ma’had Hasan bin Ali, dan kedua-duanya tak sampai 1 tahun. Tahun 2012 bulan Januari masuk STIS Hidayatullah jurusan Syariah dan bulan April 2012 menikah. Mungkin demikian yang dapat saya tulis, rencananya saya akan mengedit ulang tulisan ini  dan saya posting di blog www.acowahab.blogspot.com. Dan mungkin juga bisa saya novelkan dengan sedikit diberi bumbu perasanya biar enak dan tentunya bukan saya tokoh utama dalam novel itu.

3 comments:

  1. keren............ jadikan novel ja

    ReplyDelete
  2. Izin share di blog MI Ibnu Umar Angkatan 2 < www.miibnuumarangkatan2.wordpress.com > , Ustadz..

    ReplyDelete